Rabu, 28 maret 2013-03-27
Hari ini adalah hari terakhir saya mengawasi UAMBN di MI AL ISLAM Sukorejo. Sebelum ujian berakhir saya dan pak sobirin sempat berdisakusi dengan anak-anak kelas 6 tersebut. Awalnya pak Sobirin menanyakan tentang bahasa, “ manakah yang lebih penting antara bahasa inggris dan bahasa arab”. Spontan anak-anak menjawab lebih penting bahasa arab karena mereka berlindung di intitusi Madrasah Ibtidaiyah. Saya membetulkan jawaban anak-anak tersebut. Pada saat bahasa inggris telah menjadi bahasa internasional seperti sekarang ini bahasa lain sepertinya menduduki peringkat kesekian untuk dipelajari. Alasan mempelajari bahasa inggris memang masuk akal. “untuk mempermudah komunikasi bila kita pergi ke negara lain, untuk memudahkan belajar ilmu pengetahuan yang sekarang ini bersumber dari negeri barat, untuk memudahkan mencari pekerjaan dan lain-lain” dan itu memang benar, sangat benar. Tetapi pernahkah kita (red: yang beragama islam) berfikir bahwa pedoman dan aturan keselamatan hidup kita yang tertuang dalam al-quran dan hadist adalah bahasa arab?.
Lanjutan obrolan bahasa tersebut adalah tentang jenjang yang akan ditempuh oleh para siswa selepas mereka menamatkan pendidikan di elemtary school. Dari ke-20 anak diruang ujian pertama hanya sekitar 8 anak yang tunjuk tangan saat ditanya siapakah yang akan melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesanten. Dan dari ke-8 anak tersebut tidak satupun anak putri yang memilih Pondok Pesantren sebagai jenjang pendidikan mereka.Hari ini adalah hari terakhir saya mengawasi UAMBN di MI AL ISLAM Sukorejo. Sebelum ujian berakhir saya dan pak sobirin sempat berdisakusi dengan anak-anak kelas 6 tersebut. Awalnya pak Sobirin menanyakan tentang bahasa, “ manakah yang lebih penting antara bahasa inggris dan bahasa arab”. Spontan anak-anak menjawab lebih penting bahasa arab karena mereka berlindung di intitusi Madrasah Ibtidaiyah. Saya membetulkan jawaban anak-anak tersebut. Pada saat bahasa inggris telah menjadi bahasa internasional seperti sekarang ini bahasa lain sepertinya menduduki peringkat kesekian untuk dipelajari. Alasan mempelajari bahasa inggris memang masuk akal. “untuk mempermudah komunikasi bila kita pergi ke negara lain, untuk memudahkan belajar ilmu pengetahuan yang sekarang ini bersumber dari negeri barat, untuk memudahkan mencari pekerjaan dan lain-lain” dan itu memang benar, sangat benar. Tetapi pernahkah kita (red: yang beragama islam) berfikir bahwa pedoman dan aturan keselamatan hidup kita yang tertuang dalam al-quran dan hadist adalah bahasa arab?.
Kondisi ini sangat saya sayangkan, bagaimana tidak generasi kita sekarang sangat sedikit sekali yang mengikrarkan diri mereka untuk siap belajar di Pondok. Bagi kebanyakan anak, Pondok adalah kosa kata horor yang disana itu isinya adalah belajar agama dengan bahasa timur tengah melulu dari pagi hingga pagi lagi. Padahal sebenarnya tidak begitu. Sekarang ini sangat banyak sekali Pondok pesantren modern yang mengajarkan ilmu pengetahuan dengan bagus. Ditambah lagi Pondok menyedikan pendidikan akhirat yang dikemas dengan menarik. Disana selain ilmu buku, anak-anak juga didampingi perkembangan mereka dengan tuntunan yang benar. Kemandirian mereka juga dituntun dan dituntut sesuai jalurnya. Sepintas aturan ini dan aturan itu adalah aturan yang keras dan kaku. Tapi kekakuan itu adalah hal yang menarik mengingat terminal dari perjalanan itu mengutamakan keindahan hidup.
Terutama untuk anak-anak putri, disaat era globalisasi menyeret-nyeret pergaulan mereka untuk melepas baju dan celana. Membawa pergaulan mereka keranah sekulerisme yang kering akan air kebajikan maka tak salah jika pondok adalah salah satu institusi pendidikan yang bisa dipilih untuk menyelamatkan mereka dengan memegang teguh aturan berbaju, aturan bertutur, dan aturan lain yang kadang tidak bisa diajarkan oleh orang tua dirumah secara benar.
Kesimpulannya, anak ibarat tanaman yang harus kita rawat setiap hari. Membiarkan sebuah tanaman terkena panas tanpa memberinya air tentu akan membuatnya layu. Begitu juga sebaliknya, memberinya terlalu banyak air tentu akan membuatnya membusuk. Sudah barang tentu orang tua/pendidik berkewajiban membimbing dan mengarahkan anak menuju kehidupan yang lebih baik. Mengantarkannya pada masa depan yang cerah akan membuat orang tua tersenyum lega dan bahagia.
Maka mari siapkan anak-anak bangsa ini dengan memberinya pendidikan yang optimal bagi perkembangan jiwa dan raganya. Dan pondok Pesantren adalah pilihan brilian bagi madrasah kedua untuk anak-anak setelah rumah. [Triliana, S.Si]
0 komentar:
Posting Komentar