Rabu, 18 Desember 2013


OLEH : BANG YOELIEZ SD MUH SUKOREJO
Pada zaman sekarang ini problem pendidikan  justru semakin lama semakin bertumpuk paruk selayaknya sampah unorganik yang tak pernah sirna walau dimakan usia dan digerogoti bakteri pengurai. Salah satu masalah di sekolah yang tidak habis-habisnya dibahas adalah tentang PR. PR adalah pekerjaan sekolah yang harus diselesaikan dirumah guna menambah motivasi belajar siswa sekaligus mengulas kembali pelajaran di sekolah, namun  aneh dan sayang memang, PR yang seharusnya menjadi motivator belajar untuk siswa ini justru membunuh motivasi belajar siswa itu sendiri.  Pasalnya beban PR dan bobot soal, tak hayal kadang justru malah memberatkan dan membebani bahkan tak selesai dikerjakan dalam waktu satu malam. Lebih ironis lagi, kadang kala ada banyak kasus, ketika tiap guru yang mengajar mata pelajaran  tertentu tak puas dan belum komplit rasanya jika belum memberikan PR kepada peserta didiknya. Bayangkan saja apabila dalam sehari ada empat mata pelajaran dan masing-masing guru memberikan PR sejumlah sepuluh soal buknakah sudah lumayan memberatkan?

Seorang pendidik tradisional biasanya akan menghukum siswanya yang tidak mengerjakan PR tanpa mencari tahu terlebih dahulu sebab dan alasan siswa tidak mengerjakan PR . kadang kala hukuman itu justru lebih tidak mendidik lagi manakala seorang siswa justru dikeluarkan dari kelas atau ditambah beban PR  nya alias dilipat gandakan jumlah soalnya mana kala ia tidak mengerjakan PR. Seharusnya seorang pendidik bisa lebih bijak dalam menyikapi hal ini dengan tidak langsung menjatuhkan hukuman kepada siswa tanpa mengetahui sebab dan masalahnya terlebih dahulu.  

Jikalau memang segala sesuatu bisa diatasi hanya dengan menghukum dan memberi sanksi,  berarti lembaga sekolah itu bukan lembaga pendidikan, melainkan adalah penjara,  yang mana sebuah penjara itu berisi orang-orang yang bersalah dan harus dijatuhi vonis tanpa tahu bagaimana seharusnya memperbaiki kesalahanya itu.. 

Persoalan tentang PR memang tidak boleh dipandang sebelah mata, karena kita tahu peserta didik adalah seorang manusia juga mereka bukan komputer atau laptop, mereka butuh waktu bermain, butuh waktu rehat dan butuh waktu untuk menengkan diri. Oleh karena itu seyogyanya PR diberikan berdasarkan kebutuhan, kondisi psikis maupun fisik dari peserta didik. PR seharusnya berisi tentang penguatan pembelajaran bukan berisi racun motivasi dimana seorang siswa merasa tertekan, bosan, tersiksa dan jenuh yang pada akhirnya PR hanya akan menjadi beban psikologi bagi peserta didik. 

Sudah saatnya kini kita sebagai pendidik mampu mengubah pola pikir kita untuk memperbaiki sistem pendidikan ke arah yang lebih baik dengan memperhatikan pembelajaran dari berbagai aspek yang terkait. Mari benahi cara kita memberikan penguatan pembelajaran kepada peserta didik melalui motivasi yang positif, penghargaan, sanjungan dan komunikasi yang hangat dan terarah kepada peserta didik, bukan dengan hinaan, makian, hukuman yang tidak mendidik, maupun cacian yang tak berguna. 

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua barokallahuliwalakum.
 

Bookmark and Share



0 komentar:

Posting Komentar

Unordered List

Sample Text

Asma'ul Husna

sdmimuh.sukorejo@gmail.com. Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Entri Populer

About Me

Foto Saya
SD-MI Muhammadiyah Sukorejo
Merupakan lembaga pendidikan Islam yang berorientasi ke masa depan yang berupaya mengarahkan para siswanya agar menjadi generasi yang siap hidup di jamannya. Semua aktifitas pendidikan diarahkan agar anak mampu menyeimbangkan antara fikir, dzikir ilmu dan amal.
Lihat profil lengkapku

Followers